Memahami peran seorang muslim adalah materi pembuka dari Kelas Eksklusif Your Sister Bunga, Edukasi Pernikahan & Parenting ini. Dijelaskan bahwa peran seorang muslim itu ada 3, yaitu:
Peran kita sebagai Abdullah
‘Abdullah (sebagai hamba Allah), peran seorang muslim sebagai hamba Allah SWT maka harus selalu patuh dan taat atas segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya, manusia harus menuruti kemauan Allah, yang tidak boleh membangkang kepada-Nya. Seorang muslim harus beribadah kepada Allah baik dalam pengertian sempit (shalat, puasa, haji, dsb.) maupun luas: melaksanakan semua aktifitas baik dalam hubungan vertikal kepada Allah SWT maupun bermuamalah dengan sesama manusia untuk memperoleh keridhaan Allah sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT dan Hadist.
Peran kita dalam kehidupan
Sebagai seorang muslim kita harus banyak bermuhasabah diri (evaluasi diri) untuk apa keberadaan kita di dunia yang fana ini. Lebih banyak berkomunikasi dengan Allah SWT setelah sholat-sholat malam atas apa yang sudah kita lakukan selama kita hidup. Kita hidup untuk beribadah kepada Allah SWT, mengumpulkan amal sebanyak-banyaknya.
Potensi manusia (Allah SWT yang berikan)
Allah SWT memberikan manusia potensi-potensi dimana tanpa sadar manusia hidup untuk memnuhi potensi-potensi tersebut. Dibagi menjadi 2 hal yaitu kebutuhan hidup dan naluri. Kebutuhan hidup yang dimaksud ialah makan, minum, tidur dan lain-lain yang harus dipenuhi dengan baik jika tidak dipenuhi maka kita akan sakit atau rusak dan tidak dapat optimal. Naluri terbagi menjadi 3 macam yaitu Taddayun, Baqo’ dan Nau. Naluri ini tidak bersifat pasti karena hanya sewaktu-waktu saja pemenuhannya tidak seperti kebutuhan hidup yang semua orang pasti perlu dan harus makan, minum, tidur dll. Naluri jika tidak dipenuhi tidak membuat fatal tapi membuat gelisah.
Taddayun adalah naluri yang bersifat keagaamaan, setiap individu pasti merasakan bahwa dirinya lebih lemah daripada sesuatu. Sesuatu yang disucikan dan diagungkan. Contohnya naluri taddayun ini memuncak ketika kita diberi nikmat oleh Allah SWT lalu kita mengucapkan MashaAllah, Alhamdulillah dan biasanya menurun ketika kita diberikan ujian atau cobaan dari Allah SWT.
Baqa’ adalah naluri mempertahankan diri. Rasa takut, egois, cinta terhadap hal-hal duniawi dan merasa lebih dibandingkan orang lain merupakan contoh dari pemenuhan Baqa. Setiap individu pasti akan merasa takut ketika dirinya terancam, lari dari masalah, kemudian berusaha untuk berkelompok, berusaha untuk mempertahankan kedudukan yang sekarang dijabatinya, itu semua merupakan suatu eksistensi dari pemenuhan naluri tersebut. Kita sadar bahwa setiap langkah kita selalu berfikir, langkah manakah yang menguntungkan bagi kita. Dan berusaha untuk tidak menimbulkan masalah, walaupun sekecil debu. Rasa takut kita pada resiko yang dihadapi untuk setiap tindakan yang kita ambil merupakan suatu cara untuk memenuhi naluri tersebut.
Nau’ ini adalah naluri berkasih sayang, ada ketertarikan dengan lawan jenis untuk memenui naluri ini. Rasa memiliki termasuk pemenuhan dalam naluri tersebut. Dimaksudkan memiliki adalah cinta pada lawan jenis, bukan memiliki suatu objek atau benda, karena mencintai benda termasuk pemenuhan naluri mempertahankan diri. Rasa cinta pada teman adalah bentuk pemenuhan oleh seorang pelajar, tapi bukan berarti pacaran itu adalah jalan keluar yang baik untuk memenuhi naluri tersebut. Maka dari itu menikah adalah solusi dalam Islam untuk pemenuhan Nau yang memuncak, jadi menikah bukanlah masuk ke dalam kebutuhan hidup. Menikah adalah naluri Nau dan sunnah rasul yang pemenuhannya harus benar, sesuai dengan syariat Islam.
Pada materi ini sangat ditekankan bahwa menikah bukan kebutuhan hidup tapi adalah pemenuhan dari Nau yang memuncak. Pemenuhan Nau sangat-sangat ditekankan karena jika tidak dipenuhi maka akan membuat gelisah dan ketika pemenuhannya tidak benar maka akan berakibat buruk. Seorang anak yang tidak dapat memenuhi naluri nau -nya di dalam keluarga, bisa jadi akan mencari pemenuhannya ke orang lain, salah satunya dengan pacaran. Maka dari itu hendaknya keluarga adalah lingkaran pertama dari terpenuhinya naluri ini. Kedekatan orang tua ke anak sangat menentukan masa depan anak tersebut. Menikah sebagai pemenuhan dari nau pun hukumnya bukan wajib namun sunah sehingga ada baiknya kita sebagai muslim terutama yang baru saja berhijrah niatnya diluruskan untuk memperbaiki dan memperbanyak ibadah-ibadah wajib kita kepada Allah SWT sebelum memenuhi yang sunah. Karena kebanyakan anak muda milenial sekarang meributkan dan memfokuskan diri terhadap yang sunah-sunah dan lupa akan ibadah yang wajib. Setelah hijrah itu berdakwah, hijrah niatkan untuk berdakwah terlebih dahulu bukan hijrah untuk menikah (bisa menjadi motivasi untuk mendapatkan jodoh yang sholeh/sholehah namun hendaknya tetap harus berilmu), biar perihal jodoh yang datang diatur oleh Allah SWT. Kita harus berilmu terlebih dahulu sebelum beramal dan baperan 😀
Oh iya, banyak-banyak bermuhasabah diri ya! Biar kita bisa jadi pribadi yang lebih baik setiap harinya, aamiin ya Rabb.
Sumber:
-
Kelas Eksekutif Your Sister Bunga
-
http://eternalislam.blogspot.com/2009/11/naluri-dalam-diri-manusia.html
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.